HALONIAGA, Pulang Pisau – Kelompok Pengrajin Anyaman Rotan Uwei Pambelom adalah salah satu kelompok Pengrajin Rotan yang ada di Desa Gohong, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau.
Kelompok yang di naungi oleh Bank Indonesia (BI) berdiri sejak 2016 November. Dengan tujuan untuk mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga agar bisa mendapatkan penghasilan dengan membuat anyaman rotan. Seperti membuat tas selempang, tas pinggang, dompet, pas bunga, topi dan tikar. Juga banyak ragam sovenir dan aksesoris lainnya yang dibuat.
“Berdirinya kelompok ini sejak 2016 November. Dan kita baru bentuk kelompok supaya ada akses untuk jual hasil kerajinan rotan ini. Jadi untuk naungannya di bina oleh Bank Indonesia. Dari tahun 2017 hingga sekarang dibina oleh Bank Indonesia,” ucap Tutie (31) Ketua Kelompok Pengrajin Rotan Uwei Pambelom.
Untuk anggota kelompok yang ada bekisaran 19 orang. Dari setiap orang mengerjakan anyaman rotan di rumahnya masing-masing. “Jadi untuk finishing dibuat di tempat ini. Sedangkan untuk pengrajin bahannya para anggota mengerjakan di rumahnya,”ucapnya.
Kelompok ini juga melakukan pemasaran menggunakan sosial media jual beli, seperti Shopee dan Buka Lapak. “Untuk penjualan saat ini tidak ada kendala, dan terus meningkat,” tambahnya.
Ia mengatakan untuk pemesanan tetap mengirim pesanan ke luar daerah, seperti Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.
Meskipun permintaan pasar meningkat namun untuk saat ini ada sedikit Kendala, harga bahan rotan mengalami kenaikan. Dari yang sebelumnya mencapai 5 persen sekarang sudah 10 persen dari harga normal. Kenaikan tersebut diakibatkan permintaan pasar yang cukup tinggi.
“Jadi untuk saat ini kendalanya pasar semakin besar. Jadi produksinya melambat,” ungkap Tutie.
Meskipun bahan rotan sedang mengalami kenaikan, dan membuat melemah dalam produktivitas, untuk pemasaran penjualan masih bisa berjalan. “Alhamdulillah dengan pemanfaatan sosial media sebagai sarana pemasaran dapat difungsikannya. Sehingga penjualannya lumayan naik, juga karena kita juga open reseller,” ungkapnya.
Menanggapi harga bahan rotan yang mengalami kenaikan, sehingga para pengrajin anyaman rotan banyak yang mengharapkan semoga harga bisa kembali normal.
Rencanakan Kaum Laki-laki Diikutsertakan
Selain itu Kelompok Pengrajin Anyaman Rotan Uwei Pambelom yang ada di Desa Gohong ini, berencana ingin mengajak para kaum laki-laki diikut sertakan dalam bidang produksi.
Pasalnya jika melihat kelompok yang beranggotakan 19 orang dan hanya di dominasi oleh kaum ibu-ibu ini, terkadang masih butuh tenaga untuk membuat karya kerajinan anyaman rotan yang berbeda.
“Rencana kita nanti untuk produksi kerajinannya tidak hanya mengandalkan ibu-ibu tapi nanti bapak-bapak atau remaja yang nganggur, untuk membuat produk berbeda seperti keranjang, kap lampu atau semacamnya dari hati rotan atau bisa kita sebut pitrit,” ujar Tutie.
“Karena sementara ini kita hanya menganyam sembilunya. Tapi harus ada pelatihannya dulu. Jadi untuk swadaya aja dari biaya pelatihan dan pembahanannya. kita juga masih melihat kondisi keuangannya dulu,” ujarnya.
Dia mengatakan, dengan adanya kegiatan aktivitas ini tentunya bisa membantu perekonomian keluarga. Apalagi kalau melihat masyarakat disini sebagian beroperasi sebagai petani karet, kalau musim hujan tidak bisa kerja ke kebun.
“Semoga kedepannya bisa lebih berkembang. Apapun perkerjaan selalu membawa manfaat, kami dari kecil sampai berkeluarga hidup dari hasil rotan. Harapannya si kami untuk pemasaran tidak hanya pasar domestik aja, tetap bisa internasional. Soalnya untuk rotan ini diterima oleh pasar global, cuma untuk aksesnya agak susah,” tutupnya. (Rief)