HALONIAGA.COM, Mojokerto – Pandemi Covid-19, justru menjadi cambuk semangat dara cantik Afrenia Ericha Putri. Di usia 20 tahun, tangan dinginnya berhasil merintis usaha kerupuk bawang dengan omzet Rp 36 juta per bulan.
Nia, begitulah ia biasa disapa, ia sudah merintis usaha kerupuk dari neneknya sejak setahun lalu. Untuk memulainya, tak banyak modal yang ia rogoh, hanya Rp100 ribu yang kini berhasil mencatatkan omzet hingga Rp36 juta per bulan.
“Dulu nenek saya itu bermodal Rp100 ribu dari seni, itu cuman menghasilkan sekilo dua kilo paling banyak lima kilogram (kerupuk),” ucap Nia, Selasa, (15/02/2022).
Ia tak sendiri, dibantu 7 karyawannya, Nia mengawali proses pembuat kerupuk dengan mencampurkan tepung terigu dengan takaran tertentu untuk memulai produksi kerupuk bawang, sebelum kemudian dicanpur oleh bumbu yang sudah disiapkan.
Lalu, seluruh bahan tersebut dimasukkan ke dalam mesin adonan selama lima belas menit. Kemudian, adonat yang sudah matang didinginkan lalu dipotong kecil-kecil untuk kemudian dijemur selama dua hari sampai kering.
Awalnya, penjualan dilakukan ke warung-warung milik tetangganya saja, hingga akhirnya dipesan sebanyak sepuluh kilogram oleh warga yang menggelar hajatan.
“Dari situ saya mempertanyakan ingin mengembangkan usaha nenek pelan-pelan, akhirnya per hari 5 kilogram, sekarang alhamdulillah 2,5 kwintal per hari produksi krupuk beras,” ungkapnya.
Kerupuk bikinan Nia rupanya mendapat respon positif oleh masyarakat. Terbukti, pesanan kini tak hanya berasal dari Mojokerto saja, namun juga datang dari daerah lain seperti Jombang, Lamongan, Malang dan Sidoarjo.
“Selama ini, alhamdulillah di Mojokerto ada di Malang ada Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Lamongan sudah ada. Rata-rata Mojokerto sendiri paling banyak per bulan bisa 1.000 bal, satu bal dikemas dengan 5 kg,”tambahnya.
Terdapat hingga 1.000 kemasan yang dijual Nia ke pasaran dengan harga masing-masing Rp65.000 per bungkus. Dari hasil tersebut, dia pun meraih omzet sampai dengan Rp36 juta dalam satu bulan.
Kesuksesan Nia tersebut tak datang begitu saja. Dulu ia pernah merasakan kondisi hampir putus asa antara berhenti atau melanjutkan usahanya lantaran pernah ditipu. Sempat pada saat awal membangun bisnisnya, dia bercerita pernah ditipu oleh sales saya. Uangnya hasil penjualannya tidak disetorkan kepada Nia.
“Pernah ditipu sales saya. Uangnya dibawa kabur gitu loh. Itu tahun 2020 awal kalau tidak salah,” jelas Nia membagi kisahnya.
Selain pernah ditipu jutaan rupiah dari sales-nya, Nia pernah mengalami kegagalan produksi. Hal itu dia alami pada bulan Mei-Juni 2020 di saat awal-awal musim pandemi. Dimana pernah 2 bulan itu muncul bintik-bintik kehitaman pada adonan kerupuk beras rasa bawang.
Kini, usaha yang sebelumnya dikelola secara keluarga mulai berubah dengan lebih profesional, di mana seluruh pembukuan sudah tercatat dengan baik. Dia juga tenga memproses perizinan usaha P-IRT dari Disperindag Mojokerto, sertifikat halal dan pengajuan merek. (drw)